Review: Warung Khas Batu – Nama ‘Warung’ dengan Suasana Cafe yang Homey

“Ke Batu kemana lagi ya?” pertanyaan ini sering banget ditanyakan suami ke saya kalau kami sedang main ke Batu. Saking nggak tahunya mau kemana lagi, soalnya semua tempat wisata di Batu yang ramah dilewati mobil kok rasa-rasanya sudah kami cobain semua. Pernah juga ke beberapa tempat makan yang katanya lagi hits tapi ujung-ujungnya kami merasa matok ekspektasi terlalu tinggi, soalnya tempat-tempat itu memang lokasinya strategis banget deket sama tempat wisata keren yang nggak pernah sepi pengunjung. Tapi ternyata rasanya biasa aja dan cenderung over price jauh banget, porsinya juga kecil.

Kayaknya sekitaran dua mingguan lalu saya baca review soal tempat ini dari teman Blogger yang sering review kuliner Malang. Jadi tertarik karena dia bilang kopinya enak dan porsinya juga gede. Jadi berangkatlah saya bertiga bareng adek-adek di kos. Ternyata Warung Khas Batu ini tempatnya di dalam The Batu Hotel & Villsa, masih satu bagian juga kok dengan The Batu Hotel & Villas. Lucunya tempat ini sering kami lewatin setiap kali riwa-riwi ke Batu tapi nggak pernah ngeh kalau disitu ada tempat makan yang bisa kami mampirin meskipun nggak nginep di hotelnya. Parkiran luas dan suasanya memang homey banget. Di bagian depan ada pasangan ibu-ibu dan bapak-bapak sedang duduk-duduk mengawasi pemandangan jalan raya dan Batu yang keren dari sudut itu.

img_1201
Kami duduk dan dihampiri mbak-mbaknya yang ramah untuk mengangsurkan menu. Masih bingung memilih-milih, saya memutuskan foto-foto bagian dalam Warung Khas Batu dulu. Nah berikut ini interiornya, homey banget ya kan.

img_1203

img_1205

img_1206

Setelah memutuskan apa yang ingin dipesanΒ Si mbak mencatat pesanan kami ke tab yang dia bawa-bawa, canggih! Menu di warung khas batu, meskipun namanya ‘warung’ tapi menurut saya menunya variatif. Rasa tradisional juga ada, rasa westernnya juga ada. Berikut ini saya foto-foto menu lengkapnya. Harganya juga murah lho. Soal rasa, nanti kita coba.

img_1210

img_1212

img_1213

img_1214

img_1215

Berikut ini hidangan yang di atas meja kami. Penasaran banget sama pecel rawon yang menjadi andalan dari Warung Khas Batu, unik gitu secara selama ini saya pernah makan dalam kondisi terpisah rawon ya rawon pecel ya pecel. Pas dateng, oh ternyata kayak gini bentuknya.

img_1216

Jadi pecel dengan sambel kacang dan tempe goreng dengan kuah rawon terpisah. Saya nyoba menyiramkan kuah rawon diatas piring, kirain bakal aneh tapi ternyata enggak. Rasanya edible kok. Porsinya gedeee, buat yang pengen nyobain kesini mending jangan laper mata ya daripada nggak habis. Pesen secukupnya aja, kalau pengen nyoba-nyobain menu ya rame-rame dateng bareng temen dan masing-masing pesen menu yang beda.

img_1219

Ini nasi goreng Jawa dan sate kelinci. Untuk penampilan nasi goreng jawa kurang ‘berwarna’ kalau menurut saya, kurang banyak terasi dan cabenya sih jadi lebih mirip nasi goreng versi chinese food secara penampilan, karena ya warna masih putih. Eh begitu makan rasanya enak kok, beneran dan porsinya gedeee banget. Nasi goreng ini sukses bikin kami kekenyangan.

Terus terang ini pertama kalinya saya makan sate kelinci. Iya setelah selama ini, baru pas kesini saya makan sate kelinci, finally! Saya mencelupkan sate ke dalam bumbu kacang dan mulai makan. Lho enak, teksturnya lebih lembut dari sapi dan lebih liat dari ayam. Bumbu kacangnya manis gurih. Dekat tempat kami makan ada kelinci-kelinci putih lucu yang dikandangkan, saya sempat bertanya pada Pak Asep manager marketing warung khas Batu apa kelinci di kandang itu yang disembelih untuk masak sate? Ternyata enggak, Pak Asep bilang jenisnya beda dengan yang dimasak. Sempet nggak tega kelinci selucu itu dijadiin makanan *tapi kok tetep dimakan juga sih nin?* πŸ˜€

 

img_1222

Ini indomie kekinian dengan rasa indomie khas batu. Jadi manteman, indomie kekinian adalah olahan indomie yang dimodifikasi dengan aneka bumbu dan lauk. Yang saya coba ini indomie khas batu dengan seafood, daging, sayuran dan telor setengah matang. Enak! Layak dicoba.

img_1228

img_1229

img_1232

Kami juga nyobain enam jenis minuman disini, 3 diminum pas makan dan 3 yang kami pesan untuk menunggu hujan yang nggak kunjung reda di Batu. Yang dingin dihidangkan dalam gelas berkaki dan rasanya cukup edible. Yang juara banget justru minuman panasnya, dari hot chocolate yang coklat banget dan nggak manis sesuai sama lidah saya.

Coffee lattenya juga enak banget jadi manis kopinya pas dan saya ngerasain ada rasa rempah dan kayu manis di dalam kopi, coffee mochanya juga enak perpaduan antara kopi dan coklatnya pas ada foam yang ditabur meises. Semua kopi kami pesan level mediocre alias medium. Lain kali kalau kesini saya akan memesan yang level maniac aja kayaknya sih biar lebih nendang rasa kopinya πŸ™‚ Kalau pesen black coffee aja mungkin nendang banget kopinya tapi saya lebih suka kalau ada campuran, jadi makanya lain kali pesen maniac aja.

Warung khas Batu tempatnya nyaman, toiletnya juga bersih, dapet banget suasana homeynya. Kalau ditanya apa saya bakalan balik lagi kesini? Definitely yes.

Menyenangkan menikmati kopi saat menunggu hujan reda disini, pandangan kita bebas ke luar area warung karena jendela kacanya yang gede-gede jadi pandangan jadi lapang. Pasti asik kalau ngopi dan makan snack disini sambil ngobrol berlama-lama karena suasananya yang enak. Warung khas Batu buka mulai jam sarapan pagi 06.30 sampai malem jam 21.30. Mulai kalau pengin sarapan pagi-pagi, makan siang sampek nongkrong sore ke Malang, Warung khas Batu bisa kita mampirin manteman. Pelayanannya juga ramah πŸ˜€

Sudah nyobain makan di Warung Khas Batu juga? Kalau menurut manteman gimana?

You may also like

4 Comments

    1. tempenya enak nyit
      mungkin karena aku doyan tempe.. iya rawonnya cuma kuah aja, dagingnya udah ditaruh di piring pecel πŸ˜€

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *