Review: Ayam Betutu Pak Man, Masakan Khas Bali dengan Sertifikasi Halal

Sebenarnya ini bukan pertama kalinya saya ke Bali, pertama ke Bali sekitar SMP kelas 3 setelah kelulusan gitu. Dulu nggak ngerasa yang gimana-gimana sih. Begitu kali ini ke Bali bener-bener tanpa bantuan tour guide, arranging sendiri kita mau pergi kemana aja, mulai jam berapa dan pulang jam berapa. Saya baru nyadar kalau rasanya banyak hal yang berubah. Meskipun nggak berubah-berubah banget juga, sayanya aja yang ngerasa bedanya perjalanan di Bali dengan rombongan wisata dan tour guide dengan perjalanan mandiri bareng suami dan teman-temannya.

Dulu saya ngerasa nggak pernah kesulitan untuk sholat, waktunya sholat ya sholat aja, paling cuma ada alokasi waktunya. Dulu saya juga nggak ngerasa susah soal makanan, pagi makan diĀ kompleks penginapan yang full book rombongan saya terdiri dari sekian banyak bis dan mayoritas muslim. Siang, sudah ada makanan kotakan dengan menu rumahan dan snack yang dibagikan. Laper disela waktu, saya cukup beli pop mie yang dijual pedagang keliling atau kaki lima di sekitar tempat wisata. Makan malam all you can eat di penginapan lagi.

Sekarang, nggak usah muluk-muluk cari masjid atau musholla. Bahkan ruang yang proper untuk sholat aja nemunya susah kebangetan. Saya juga nggak bisa makan nyaris semua menu yang hotel sediakan untuk sarapan karena mereka menjual menu-menu babi di room service dan campuran omelet saat sarapan, sementara saya nggak ngerasa cukup aman untuk makan apapun meskipun makanan biasa karena kurang yakin kalau bagian dapur akan merasa perlu memisahkan peralatan masaknya demi customer. Tiap jalan-jalan perut jadi ngerut nggak jelas karena cuma bisa makan sereal sama buah aja šŸ™

Continue Reading

Review: Warung Khas Batu – Nama ‘Warung’ dengan Suasana Cafe yang Homey

“Ke Batu kemana lagi ya?” pertanyaan ini sering banget ditanyakan suami ke saya kalau kami sedang main ke Batu. Saking nggak tahunya mau kemana lagi, soalnya semua tempat wisata di Batu yang ramah dilewati mobil kok rasa-rasanya sudah kami cobain semua. Pernah juga ke beberapa tempat makan yang katanya lagi hits tapi ujung-ujungnya kami merasa matok ekspektasi terlalu tinggi, soalnya tempat-tempat itu memang lokasinya strategis banget deket sama tempat wisata keren yang nggak pernah sepi pengunjung. Tapi ternyata rasanya biasa aja dan cenderung over price jauh banget, porsinya juga kecil.

Kayaknya sekitaran dua mingguan lalu saya baca review soal tempat ini dari teman Blogger yang sering review kuliner Malang. Jadi tertarik karena dia bilang kopinya enak dan porsinya juga gede. Jadi berangkatlah saya bertiga bareng adek-adek di kos. Ternyata Warung Khas Batu ini tempatnya di dalam The Batu Hotel & Villsa, masih satu bagian juga kok dengan The Batu Hotel & Villas. Lucunya tempat ini sering kami lewatin setiap kali riwa-riwi ke Batu tapi nggak pernah ngeh kalau disitu ada tempat makan yang bisa kami mampirin meskipun nggak nginep di hotelnya. Parkiran luas dan suasanya memang homey banget. Di bagian depan ada pasangan ibu-ibu dan bapak-bapak sedang duduk-duduk mengawasi pemandangan jalan raya dan Batu yang keren dari sudut itu.

img_1201
Kami duduk dan dihampiri mbak-mbaknya yang ramah untuk mengangsurkan menu. Masih bingung memilih-milih, saya memutuskan foto-foto bagian dalam Warung Khas Batu dulu. Nah berikut ini interiornya, homey banget ya kan.

img_1203

img_1205

img_1206

Setelah memutuskan apa yang ingin dipesanĀ Si mbak mencatat pesanan kami ke tab yang dia bawa-bawa, canggih! Menu di warung khas batu, meskipun namanya ‘warung’ tapi menurut saya menunya variatif. Rasa tradisional juga ada, rasa westernnya juga ada. Berikut ini saya foto-foto menu lengkapnya. Harganya juga murah lho. Soal rasa, nanti kita coba.

Continue Reading

Bedanya Panties Pizza Surabaya dengan Malang

img_0384

Saya sedang pengin makan pizza dengan keju yang super banyak, tapi sedang dalam kondisi malas ngulenin adonan pizza. Salah satu alasannya adalah karena saya belum pernah bikin pizza sendiri, malas jika gagal di percobaan pertama sedangkan pengin banget makan pizza, saya ngajakin suami untuk makan Panties Pizza Surabaya. Panties Pizza ini lebih mirip pastel karena bentuk pizzanya tertutup dan memiliki isian di dalamnya. Saya pernah makan Panties Pizza saat sedang berada di Malang dan merasa kurang terkesan karena pizza keju yang saya pesan memiliki limpahan saus tomat di dalamnya sementara saya nggak suka saus tomat dan kurang suka mencampurkan saus apapun dalam pizza. Saya lebih sering memakannya begitu saja.

Harga panties pizza ini sangat terjangkau dibandingkan pizza pada umumnya, tengok saja daftar menu dan harganya berikut ini. Menjelang akhir bulan, mending jajannya yang murce aja sih. Pengin pizza di tanggal tua ya mending Panties Pizza ini aja.

Kata teman-teman saya, Panties Pizza di Surabaya selalu ramai oleh pengunjung. Tapi pas saya ke situ, selow dan sepi-sepi aja sih. Mungkin karena hari kerja ya. Setelah bayar, cuma nunggu sebentar kok terus pesenan pizza saya sampai deh. Saya pesan Say Cheese untuk saya dan Chick n Cheese (menu baru) untuk suami. Prakteknya sih kami bagi setengah-setengah biar sama-sama tahu rasanya haha!

Continue Reading