Dulu waktu kecil saya malas banget bangun sahur, sahur yang penting asal melek seadanya. Sering nih saking malesnya bangun, saya beneran nggak bangun terus disuapin nenek dengan roti atau telur rebus. Susah banget untuk bangun sahur dulu itu. Ketika bertambah dewasa, saya makin sadar pentingnya makan sahur. Sahur sama artinya dengan mempersiapkan nutrisi kita untuk seharian berpuasa. Tanpa sahur, puasa bakalan lemas nggak berenergi dan efeknya juga akan pengaruh ke kualitas puasa kita.
Bulan Ramadhan yang seharusnya semakin rajin dengan ibadah wajib dan sunnah, bekerja dan melakukan hal-hal yang bermanfaat demi maksimalnya kualitas ibadah puasa jadinya justru terisi dengan malas-malasan dan pengin tidur seharian. Sayang banget kan bulan dimana pahala ibadah kita dinilai lebih malah terisi dengan acara malas-malasan yang nggak berkualitas.
Itulah pentingnya sahur, untuk mempersiapkan tubuh kita dengan puasa yang berkualitas. Jadi sebisa mungkin jangan ke-skip.
Konsep sahur juga beberapa kali mengalami perubahan bagi saya, dulu waktu remaja, saya jenis orang yang berbuka secukupnya saja tapi sahur kudu banget banyak karena kan untuk cadangan energi aktivitas seharian. Dalam beberapa hal, memang ada benarnya sih kecuali perut jadi begah dan berasa berat setelahnya.
Makin lama konsep sahur saya malah makin praktis. Saya jadi lebih memperhatikan kualitas ketimbang kuantitasnya. Makan sahur harus sehat, sedikitpun nggak masalah yang penting kualitas apa yang dimakan itu. Mengingat saya juga mengubah pola makan selama beberapa bulan terakhir untuk lebih banyak menyantap makanan sehat yang baik bagi tubuh ketimbang yang hanya sekadar enak. Saya bahkan sudah berhasil untuk mengatasi kerinduan makan french fries dan cokelat batang yang selalu jadi ‘all time favorite’ versi saya.
Bagi orang yang memutuskan mengubah pola makan menjadi lebih sehat, masak sendiri itu cukup penting dan krusial karena tentunya nggak mudah kalau kita beli makan dan harus rewel soal makanan ke yang masak. Nggak pakai ini itu atau bahan-bahannya diganti seperti yang kita mau, demikian juga dengan sistem catering maupun bantuan asisten rumah tangga. Memasak makanan sehat dengan bantuan asisten rumah tangga akan lebih mudah jika kita sedang malas, tapi persepsi soal makanan itu yang bisa jadi beda. Bisa jadi yang penting bagi kita kualitas menunya, bagi ART yang penting rasanya jadi masuk deh segala macam bahan yang seharusnya tidak dimasukkan atau digunakan dalam takaran kecil secukupnya.
Bagi yang belum tahu, french toast adalah salah satu menu favorit saya untuk sarapan. French toast juga menu pertama yang saya kuasai ketika saya belajar masak makanan yang gampang dibuat ketika masa SMP selain roti goreng. Resep personal itu sering mengalami perubahan, tergantung situasi dan kondisi maupun selera yang berubah-ubah. Jika sedang mementingkan taste, saya akan buat yang enak dengan bahan lengkap. Namun berhubung sekarang proses memasak saya sering meng-cut bahan dan prosedur demi hasil yang lebih sehat dan sedikit mengabaikan taste jadi ya jangan berekspektasi bakalan enak banget. Tapi tentunya masih edible dan insyaAllah sudah terbukti manfaat dan energinya buat tubuh.
Saya sering makan ini setiap sahur dan FYI setelah usai bersantap sahur saya langsung kerja sambil menunggu adzan shubuh, sholat shubuh dan masih lanjut kerja sampai saya merasa benar-benar mengantuk dan butuh tidur. Biasanya sekitar pukul 10 atau 11 pagi.
Healthier Version of French Toast with Peanut Butter
Bahan:
- 4 lembar Roti gandum, potong kulitnya (roti gandum memiliki kalori yang sama dengan roti biasa namun memberikan rasa kenyang yang lebih lama)
- 1 butir telur ayam
- secukupnya susu cair
- Skippy peanut butter varian creamy
Cara membuat:
- Campurkan susu cair dengan telur ayam, kocok rata. Untuk yang mementingkan taste bisa ditambah dengan brown sugar pada proses ini. Tapi saya sendiri merasa tidak perlu, karena Skippy peanut butternya sudah cukup manis kok.
- Celupkan roti gandum merata pada adonan telur dan susu cair
- Panggang roti yang sudah dicelupkan adonan di wajan anti lengket yang sudah agak panas. Untuk rasa french toast yang lebih nikmat kamu bisa menambahkan margarin atau butter di wajan sebelum memasak roti sehingga rasa french toast-nya akan lebih gurih. Tapi untuk versi yang lebih rendah kalori dan tentunya lebih sehat, saya selalu menggunakan wajan polos anti lengket tanpa tambahan minyak, margarin atau butter untuk proses memasak dengan wajan.
- Bolak-balik agar roti matang di kedua sisi. Angkat roti ketika sudah kecoklatan seperti berikut:
Bagian yang paling saya suka dari french toast adalah aroma rotinya yang wangi susu dan telur yang membuat tekstur roti jadi lembut dan empuk. Ini combo yang tepat untuk makan sahur ditemani air putih yang banyak sebelum mulai bekerja.
Jika kamu memfollow instagram saya, mungkin sudah cukup familiar bahwa saya adalah salah satu penggemar peanut butter panini khasnya sebuah cafe. Tapi ya nggak mungkin beli setiap hari kan, nggak sehat euy untuk arus pengeluaran *lol. Kalau lagi pengin, saya buat sendiri versi gampangnya di rumah pakai roti gandum dan peanut butter-nya Skippy ini sudah cukup kok. Sambil menyeduh kopi juga. Sudah cukup happy dengan home cafe versi saya 🙂
Untuk varian peanut butternya Skippy, saya suka yang creamy karena menurut saya lebih tasty saja sih di lidah.
- Nah Skippy peanut butternya bisa dioles langsung diatas french toast dan disantap atau dijadikan french toast sandwich seperti berikut. Suka-suka aja dan sama-sama enaknya. Yang paling penting meskipun menunya seolah gitu doang dan porsinya seperti nggak banyak-banyak amat tapi sudah cukup sih energinya untuk seharian beraktivitas. Versi saya, kerja dan urus rumah 😀 Plus nggak bikin males karena perut berasa begah dan berat.
Kalau menu favorit kamu untuk sahur dan memulai hari, apa? Sharing dong…